Postingan

Halo, lagi

Gambar
Wah...gak kerasa sudah setahun lebih dari terakhir kali saya posting disini. Bahkan saya hampir lupa alamat blog saya. Mudah-mudahan setelah ini jadi lebih konsisten ya ngepostnya. Ngomong-ngomong, hari ini bertepatan dengan hari raya Kuningan. Hari raya bagi umat Hindu. Jalanan Bali dari subuh sudah dipenuhi ibu-ibu dan mbok-mbok yang berkebaya sambil nyuun banten. Tapi sayangnya Bali sering hujan deras akhir-akhir ini. Agak menyebalkan juga, jadi gak bisa leluasa kemana-mana. Tapi untungnya lagi ada Ina Master di tv nasional. Jadilah saya selimutan sambil nunggu match Minions VS Ong/Teo.  Selamat hari raya Kuningan bagi umat sedharma. Dumogi setata polih kerahayuan.

Bukan Review : Hello Ghost Korean Movie (2010)

Gambar
Saat isolasi mandiri di hotel kemarin, saya ingin mengisi kesibukan dengan hal bermanfaat seperti ikut webinar, membaca jurnal, menulis dan hal-hal hebat lainnya. Tapi sayang sekali, itu tentu saja mustahil bin ajaib untuk sobat mager nan pemalas seperti saya. Berjemur dan olahraga di tempat karantina saja saya malas setengah mati apalagi melakukan hal-hal yang saya sebutkan diatas. Paling-paling waktu saya habiskan dengan rebahan sambil scrolling twitter untuk mencari keributan apalagi yang menarik untuk disimak. Hari-hari saya dihabiskan dengan buka twitter lalu buka grabfood dan membayangkan besok mau makan apa. Karena nasi kotak 3 kali sehari agak membosankan. Saya sudah membayangkan makan geprek bensu dan mie gacoan. Tapi saya tunda dulu karena takut sakit tenggorokan. Saya sempat nonton salah satu film korea yang membuat saya menangis tersedu-sedu hingga capek lalu tertidur. Judulnya Hello Ghost. Pemeran utamanya si ahjussi yang sudah pasti seringkali kamu temukan di film atau di

Si Pencemas

Setelah kelulusan, si pencemas ini jadi merenung tiap malam. Mau jadi apa selanjutnya? Bisa apa 5 tahun lagi? Entah ingin bekerja dulu atau ingin sekolah lagi. Keinginan-keinginan itu seperti menghantui setiap malam.  Kegiatan si pencemas ini tiap malam tidak jauh-jauh dari memikirkan masa depan yang rasa-rasanya untuk mewujudkannya punya probabilitas yang kecil. Malam-malam galau ini biasanya berujung berkirim pesan dengan salah seorang teman, bercerita tentang jadi apa mereka 5 tahun kedepan. Salah satu teman menuturkan. Jika salah satu pintu tertutup, maka itu bukan untukmu. Cari pintu-pintu lainnya. Pasti ada satu untukmu. Salah satu kutipan yang saya baca isinya, diantara semua pilihan, pilihlah jadi bahagia. Tapi si pencemas ini takut sekali. Jika nanti, 5 tahun lagi dia menyesal tidak melakukan apa-apa di tahun lalu agar menjadi apa-apa yang dia inginkan di tahun berikutnya. Takut jika nanti malah jadi mengecewakan diri sendiri dan orang sekitar.  Si pencemas berujung tidak tidu

Cerita Nomor Dua

Gambar
Aku begitu menyukai hujan. Aku menyukai hawa dingin yang mendekap, menusuk namun menenangkan. Aku suka bunyi rintik air hujan. Terdengar seperti sedang berlomba memainkan melodi yang indah. Aku suka sambil menyeruput segelas cokelat hangat. Sambil duduk menghadap jendela. Memandangi rembesan air hujan. Sampai aku ingat, dulu seseorang akan dengan senang hati menemaniku melihat hujan. Duduk di kursi sebelah kursiku. Menikmati segelas cokelat hangat disampingku. Menikmati bunyi hujan bersamaku. Menghadap jendela dan memandangi rembesan air hujan. Ya, seseorang dan aku dulu pernah bersama. Lalu seseorang itu akan mulai bercerita sambil tetap menghadap jendela. Sesekali menoleh, menatapku sejenak. Lalu bercerita kembali. Terkadang sambil mengusap rambutku pelan. Seseorang itu entah mengapa tetap betah menemaniku berjam-jam hanya untuk melihat hujan.  Sampai suatu hari aku bertanya padanya, “Kau juga menyukai hujan?”. Dia menghentikan ceritanya, terdiam sejenak. “Tidak begitu”.

Cerita Nomor Satu

Gambar
Sore ini langit cantiiiiik sekali. Huruf i nya banyak, menegaskan kalau langitnya benar-benar indah. Seperti kamu yang sedang duduk di sebelahku, di kursi kemudi. Semburat warna oranye hangat menyembul dibalik tenangnya biru sungguh memanjakan mata. Sehangat senyummu yang sedari tadi kulirik diam-diam. Ah, tanpa sadar pipiku memerah. Aku harap kamu tidak tahu. Aku memainkan jari-jari tanganku. Mencoba ikut menyenandungkan lagu yang sedang diputar di radio. Agar mengurangi kecanggunganku hari ini. Keseruput kopi hangat yang tadi sempat kamu belikan. Sambil sesekali mengecek handphoneku, padahal tidak ada pesan yang masuk.  Kamu nampak berbeda dari terakhir kali kita bertatap muka. Kita bertemu saat libur semester tahun lalu. Saat kamu mengabari jika kamu sudah pulang dari kota seberang dan mengajak untuk bertemu. Rambutmu lebih panjang dan sedikit urakan. Hampir gondrong, seperti kebanyakan anak Teknik Mesin. Tapi kamu wangi. Agak kurusan juga sepertinya. Apa karena kamu sed

Opening

Saya sudah berkali-kali bikin blog dengan niatan rajin menulis, tapi akhirnya terbengkalai. Nah, di tengah masa yang lebih banyak rebahannya daripada aktivitasnya ini, saya ingin menyulut kembali semangat ngeblog saya. Mudah-mudahan blog yang ini awet dan tidak berujung dihapus, ya. Ngomong-ngomong soal pemilihan nama, kenapa Komorebi . Bulan kemarin saya lagi senang-senangnya Domyouji Tsukasa di Hana Yori Dango. Jadi saya lagi menonton ulang dorama itu. Saya juga ikutin beberapa produksi ghibli. Isenglah saya browsing istilah jepang yang estetik dan enak dibaca, ketemulah Komorebi yang kata google artinya adalah sinar matahari yang muncul di sela daun pepohonan sehingga menimbulkan bias cahaya. Sungguh estetik bukan?  Semoga saja saya bisa komit, ya nulis di blog ini. Terimakasih sudah membaca. Matur suksma.